Rabu, 19 Maret 2014

Saya di PULL&BEAR

Ceritanya mau curhat. Mencurahan isi hati, sembari menyemangati diri.

Sejak kecil, saya memang sangat menyukai pakaian. Kalo beli baju ga mau ngasal. Kerap jg ngejaitin di tukang jait langganan dengan model yang saya pengen. Bahkan ketika saya menginjak kelas 5 atau 6 SD, saya membuat baju barbie saya sendiri, ala jait tangan, karena ibu saya enggan membelikan baju-baju barbie yang harganya memang dirasa cukup mahal (dan ga penting juga kali yaa, haha). Saya membuat segala baju yang saya belum punya untuk barbie saya. Apapun modelnya.
Namun sayangnya, kebiasaan tersebut terhenti karena berbagai kegiatan di jenjang SMP hingga SMA.

Hingga suatu saat, saya mendapatkan beasiswa untuk sekolah Strata 1 di Jakarta. Dari situ saya mulai berkreasi lagi dalam berpakaian. Dari kreasi alay yang enggak bangets, sampe kreasi yang menurut saya "yahh, lumayanlah, oke jg" sudah pernah dilakukan. Hingga ketika saya lulus sekolah pun, saya memutuskan untuk memulai karir saya di dunia pakaian.

Yup! Tuhan memang Maha Terbaik. Blessing sekali ketika saya diterima magang di Gogirl! dan kini bekerja di Pull and Bear. Salah satu majalah terbaik fashion wanita di Indonesia, dan fashion retail milik Inditex, Spain (bawaan MAP) yang cukup diperhitungkan di kancah fashion retail industry. Inditex ini memiliki 9 brand diantaranya ada Pull and Bear, Zara, Stradivarius, Berskha, Massimodutti, dll.

Dan disinilah awal cerita dimulai.
PULL & BEAR (baca: PB)




Saya kerja di PB sejal 10 Juni 2013. Alhamdulillah, saya jadi supervisor di salah satu toko yang saat itu akan dibangun di Surabaya. 1 Agustus saya melakukan opening store di GM Surabaya, dengan bekal 1 bulan 20 hari training di Jakarta (yang seharusnya dilakukan selama 3 bulan). Wow sih menurut saya. Karena saya merasa sangat dikejar2 dan dituntut harus bisa. Baiklah, tapi ini masih biasa saja. 1 bulan di surabaya, 2 bulan di surabaya, 3 bulan, Support Manager dari Jakarta harus kembali ke tokonya di Jakarta, dan kita pun harus bisa mandiri menjalankan operasional toko. Baik, saya jalan kan dengan optimal.
Hingga suatu saat saya merasa stuck dan bosan dengan pekerjaan saya. Saya tidak lagi semangat. Alamat. Salah satu tanda kurang bersyukur. Namun, itu yang saya rasa kan. Ketika rutinitas pekerjaan saya adalah itu dan itu, hingga merasa tidak ada lagi yang bisa saya pelajari disini. I need a challenge. And God give me a doorprize.

Masa probation level Supervisor yang seharusnya dijalani selama 6 bulan pun, saya tempuh dengan hanya 4 bulan saja. Berikut juga saya diberi mandat untuk langsung training ke level Deputy Manager tepat pada hari dimana masa probation saya dicabut.
Puji Tuhan sekali, saya berkhianat jika mendustakan nikmat Tuhan yang telah diberikan. Padahal Tuhan selalu baik terhadap saya.

1 bulan 2 bulan 3 bulan, hingga 9 bulan sudah saya bekerja di PB, dengan tepat 5 bulan saya menjalani posisi Deputy Manager in Training. Jika saya tadi mengatakan butuh tantangan. Ini adalah posisi yang tepat untuk cari tantangan. Tantangan itu muncul tiap detik saya menjalani posisi Deputy Manager. Memang, tidak ada pencapaian yang diraih tanpa adanya upaya dan pengorbaan. Saya menyadari bahwa hari demi hari tantangan yang datang semakin berat. Beraaaat sekali. Saya pun sampai merasa malas sekali untuk pergi ke tempat kerja, dimana seharusnya menjadi tempat yang saya sukai karena dipenuhi dengan pakaian2 yang selalu up to date. Tapi saat ini, perasaan itu memang sedang mendera. Dan tidak saya pungkuri, saya sempat berpikir untuk melepas tanggungjawab saya tengah tahun nanti.

Namun berpikir demikian adalah bukan solusi yang baik, malah justru saya lari dari tantangan. Padahal dulunya saya mencari tantangan. Lagi-lagi saya akan mengkhianati nikmat Tuhan, karena Tuhan telah menganugrahkan sebuah tantangan terhadap saya. So, saya harus menjalani ini, hingga pada titik optimal saya benar-benar bisa mengambil pelajaran. Saya akan berjuang. Ini hanya proses pendewasaan yang harus saya jalani. Sakit dan senang itu sama saja, jika pandai memetik hikmahnya, disitulah saya akan belajar dan menjadi lebih dewasa. Level Deputy Manager ini memang dibutuhkan karakter yang lebih dewasa, tegas, berani dibenci. 1 bulan kedepan saya akan melihat, apakah saya sudah pantas untuk diangkat di posisi ini atau tidak, itu semua akan dinilai berdasarkan performa saya selama masa 6 bulan training. Namun pada dasarnya, yang terpenting adalah bukan posisi Deputy Manager itu sendiri, ini lebih kepada apakah seluruh proses ketika akan dan saat menjalani posisi Deputy Manager membuat saya lebih berilmu atau tidak. Itu kuncinya. Karena ingat misi awal saya bekerja di PB, "saya ingin belajar". Dan it's a good place to learn. Bisa dapet ilmu, dibayar lagi! Nikmat Tuhan mana yang kamu dustai lagi, humh?!