Dukung Indonesia menjadi Peraih Piala AFF 2010
go...go...go...
Today was a fairytale
Hahaha
Aku mendapati adanya hati dan pikiran yang melayang hari ini
Entah bagaimana ceritanya hari ini aku melakukan trip kecil yang didorong begitu saja oleh hati dan alunan kaki yang kurang sinkron dengan pikiranku.
Pagi-pagi dikala semua orang masi menginginkan tidur dibawah selimutnya yang tebal, aku beranjak bangun untuk sarapan lalu mandi.
Aku berangkat pagi2 menuju kuningan untuk menemui seorang klien yang akan membeli tiket Markplus yang kiranya tak bisa aku datangi. Seperti biasa, aku datang lebih awal jika lawan bicaraku orang yang lebih tua dariku dengan harapan menjaga image dan etika, serta dalam proses negosiasi adalah untuk mendapakan kemenangan awal. Hehehe
Aku terapkan teori itu, dan benar, 1 jam kemudian orang yang mengundangku untuk datang baru datang, aku sedikit sebal, namun it`s ok, dia yang kalah.
Sesungguhnya aku bellum begitu mengenal siapa orang yang mengundangku datang kesana, sejauh yang aku tahu, dia adalah orang yang bekerja di perusahaan asuransi yang kutemui di hall pacific place saat aku akan menghadiri acara Jakarta Fashion week tempo hari. Well! Aku mengikuti hantarannya untuk naik ke lantai 20, tempat seminar katanya. Kami mulai berbincang-bincang ringan, dan sesampainya di lantai 20, aku seakan tahu apa yang diarahkan olehnya. Dia adalah seorang pencari jaringan asuransi. Haha… layaknya MLM, namun ini tak ada multilevel katanya. Apa yang dikatakannya makin tak kuhiraukan karena maksud kedatanganku kesana adalah bukan untuk memenuhi maksud tersembunyi yang dia tujukan padaku, namun aku yang akan menawarkan tiketku ke dia. Aku selalu tekankan bahwa aku tak punya banyak waktu hari itu. aku hanya memiliki waktu 30 menit untuk membicarakan topikku, bukan topiknya. Namun dia bersikukuh mengarahkanku ke seminar ‘meraih impian’ itu dengan berbagai alasan. Tegas aku menolaknya dan dengan halus aku menawarkan solusi menenai teknis pembelian tiketku jika berminat agar aku dapat segera keluar dari tempat memuakkan itu. Bukan apa-apa, sebenarnya pekerjaan mereka positif, hanya saja tidak seirama dengan prinsipku. Dan ketika ada yang memaksakan sesuatu bertentangan dengan prinsipku untuk kujalani, kemarahan yang kudapatkan. “Aku adalah pemimpi, dan aku punya cara sendiri untuk meraihnya, jadi please jangan masukkan aku dalam jarring-jaring uangmu” itu yang aku katakana dalam hatiku saat itu.
Dengan sedikit memaksa dan tidak mengurangi rasa hormat, aku seolah menegaskan bahwa aku kesana bukan untuk mengikuti caranya, namun dia yang harusnya mengikuti caraku, jikalau dia menginginkan aku menuruti keinginannya, maaf! Aku takkan respect lagi padanya. Aku pulang dengan ketegasanku, dan aku kini tahu bahwa orang itu bukanlah orang yang berawal dari profesionalisme. Sungguh menyedihkan! Namun terimakasih telah memberikanku pelajaran, hehe
Aku bergegas ke kampus, karena memang hari ini aku ada kelas asistensi Akuntansi biaya yang telah lama aku tinggalkan karena padatnya kegiatanku di kampus. aku paksakan semangat hari itu tetap mengelora dan kujaga pikiranku tetap positif. Aku masuk kelas, dan belajar.
Siang telah tiba, aku pun lapar. Kulangkahkan kaki ke warteg belakang kampus, warteg PMI kumenyebutnya. Aku makan tanpa suara, sampai ibu-ibu pemilik warteg berkomentar ‘mb ema makannya anteng banget yak! hehe’. Aku hanya mengangguk dan mengiyakan omongan ibu. Aku pasang headset ditengah-tengah proses makanku, dan kunyalakan play listku. Rasanya ada hal yang sama kurasakan hari ini. aku ingin menenangkan diri lagi. Aku ingin kesuatu tempat yang bisa membawaku melayang kedalam pikiran bawah sadarku, menenangkanku, menyemangatiku, memberiku banyak hikmah. List tempat-tempat yang rekomen untuk kudatangi terpampang di otakku, dan entah mengapa setelah selesai makan, aku beranjak dan tak mendatangi satupun tempat yang terdaftar di otakku sebelumnya. Kau tahu aku kemana? Aku naik 612 dan mengikuti alur kemana 612 pergi. Aku menyusuri jalur 612 sendirian, duduk dibangku paling depan dekat sopir dan mulailah pikiran ini berimaginasi. Entah apa yang aku pikirkan, abstrak!
Sebenarnya banyak yang aku pikirkan selama perjalanan, namun semuanya abstraksi. Sulit untukku menelaskannya melalui tulisan ini. yang jelas, aku percaya bahwa temuan-temuan baru dalam petualangan adalah salah satu caraku menghilangkan kejenuhanku. Awal perjalanan tak begitu kuingat karena aku sedikit mengantuk. Hingga dipool terakhir 612, aku sok sok bertanya ‘ini nanti busnya putar balik kan ya?’ pak sopir menjawab, ‘iya, tapi lama mbak, ngetem dulu. Mbaknya mau kemana?’ aku menjawab, ‘kebablasan pak, ketiduran tadi. Seharusnya turun mampang. Hehe’ bapak yang baik menjawab, ‘ ealah, ikut bus depan aja mbak, biar cepet..’ aku mnanggapi, ‘ooiyaya.. (sambil beranjak turun). Makasi ya pakkkkk’
Setelah aku turun dari bus, tepat di samping kananku adalah tempat wisata ragunan. Tak berpikir panjang, badan ini mengikuti langkah kaki kearah sana. Aku masuk dan iseng mendatangi bapak-bapak paruh baya penjual buah. Ada bengkoang. Seketika kubeli. tak berpikir panjang, hanya ‘biarlah bapak itu mendapati penghasillan hari ini..’ hehehe. aku berjalan menelusuri jalan menuju bus terdepan deretan 612, aku naik. Dan kosong! Belum ada satu penumpang pun, namun perasaanku biasa saja, tak ada rasa takut, tidak seperti biasanya, hehe. Aku malah mengobrol dengan bapak sopir dan keneknya. Kami melakukan obrolan ringan seperti;
Aku :‘masi lama ya pak ngetemnya?’
Pak kenek :‘nunggu bus yang lain dating dulu mbak. Gentian gitu sistemnya. Sendirian mbak dari ragunan?’
Aku :’iya pak, kebablasan aja tadi, bukan dari ragunan, hehe’
Pak kenek :’ooo…emang sopir yang diblakang itu (sambil menunjuk kearah sopir metro yang kutumpangi sebelumnya) ngendaraiinya pelan, sampek ngantuk mbaknya.’
Aku :’hehe, iya pak. Sopir 612 kan emang enak-enak ngendaraiinya (gan kenceng).’
Pak sopir :’gag juga si mbak, ya ada yang ugal-ugalan, tapi emang yang diblakang itu pelan ngendaraiinya. Eh, itu apaan mbak?’
Aku :’oh, bengkoang pak.’
Pak kenek :’beli disitu ya? (menunjuk tukang penjual buah dideket pool bus)’
Aku :’iya (padahal aku beli di ragunan, hehe) pak’
Pak kenek :’brapa mbak? 5rb?’
Aku :’saya beli 3 bendel pak. 10rb’
Pak kenek : (manggut-manggut)
Aku :’emang biasanya brapa pak?’
Pak kenek :’ya segitu. Kalo minggu mahal mbak, satu bisa 5rb.’
Aku :’Oooo…’
Tiba-tiba bus 612 lainnya datang, dan saatnya bus yang kutumpangi untuk memberangkatkan diri. Pak kenek dan pak sopir bersiap dan aku pun pindah posisi ke bangku paling depan, tempat favoritku.
Perjalanan dimulai. Dengan masa bodoh aku menyanyi2 sesuai alunan playlistku. Nannananana……
Lagu kosong-ten2five pun mengalun, seirama dengan hati dan pikiranku..
‘Hari ini terasa kosongggggg, hari ini terasaaa kosonggggggg……’
just ilustrated picture
Banyak hal yang kutemukan. Yang membuat aku tersenyum adalah ketika pak sopir menghentikan lajunya dan mempersilahkan pasangan kakek nenek menyebrang jalan. jarang-jarang ada metro yang melakukan hal itu. Aku berpikir apakah pak sopir itu merefleksikan bahwa apa yang dia lakukan sebenarnya adalah untuk ibu dan bapaknya sendiri. Ahh..aku tak tahu, yang jelas, pak sopir itu orang yang baik. Hehe
Sepanjang perjalanan, aku melihat berbagai ekspresi, berbagai tingkah laku, berbagai aura. Dan hatiku masih kosong. Ketika nyaris sampai di mampang prapatan, macet melanda seperti biasa. Aku memutuskan untuk turun dan mampir ke KFC Basmar. Makanlah aku disana. Kupesan burger dan shooter goceng. Kubawa makananku ke tempat paling pojok dan terisolir dari keramaian. Ku makan dengan sedikit bergumam nyanyian di playlistku. Mungkin ada beberapa orang yang melihatku aneh, tapi Bodo`! ini hidup, hidup gue. Terserah gue mau ngapain! Batinku menggumam hehe.
Aku habiskan hingga tetes terakhir, dan kuputuskan untuk segera pulang, takut cuaca yang tadinya gerimis menjadi hujan lebat. Aku jalan telusuri mampang prapatan dan kutemukan penjual buah yang perhatian padaku, ‘neng, kalo jalan rada kepinggir, nanti kesrempet!’ abang yang baik, namun aku tak begitu menghiraukannya, namun aku menghiraukan nasihatnya.
Titik itu menyadarkanku bahwa masih banyak orang baik dibumi ini, teruntuk padaku juga. Hatiku tersenyum. Perjalanan hampir berakhir, aku menemukan tukang penjual majalah. Aku dekati dan kutanyakan ‘pak, majalah sister bulan desember udah ada belum?’ majalah yang dari kemaren-kemaren aku cari karena ada fotoku di halaman 67nya.hehe. ‘oo…ada neng, yang ini kan. Tak berpikir panjang, langsung aku beli’
Pertualanganku hari ini sedikit gila dan seolah tak bermakna. Namun aku cukup puas melihat ruang-ruang baru di Jakarta yang sebenarnya masih terjaga ekologinya. Tak seperti yang aku lihat dipusat kota. Hatiku sedikit hidup dan kuharap besok akan benar-benar hidup dengan adanya latihan perkusi dan ragam yoga. Hari ini cukup sekian, di asrama sangat sepi dan aku tertidut di kamarku….
Indahnya dunia jika memandang dari sisi yang tak biasa…
*curhatan kekosongan diri,
By: Ema Hari Ervita Sari
“if you have a reach, you should have a promise to abroad since now. You must go abroad in bachelor, not in magister.”
There is strategic words from Mr. Wija that I always remember when he gave a speech in Evaluation Meeting PF 09/10 last time. The words could motivate me to go on for better dream, better achievement as long as I being a student in bachelor. But, sometimes I felt so pessimist when I was aware that my soft skill on English is just like an elementary degree, not good enough. I thought, I could learn more about English if I really go to abroad. Why? If my reason is my English which is not good enough because I am too shy to practice here, I would not be shy to practice there because the society would understand that I am foreign who learn about it. The question is “Is there an exchange program or summer camp that can be followed without English test or TOEFL test?
When I was still in my dream of that , suddenly I got an SMS from my captain of traditional dance club that filled in about: ‘ema, would you like to follow dance festival at Poland?’ I am so surprised and did not believe that. But Alhamdulillah, God might give me a chance through this way. And finally, I could reach my dream to be aboard this year. Yeah!
I was so happy. The requirement for this event was so simple, parent permit and an agreement to collect some money, 4 millions rupiahs if cash from sponsorship could not complete the target. I was optimistic about it. I called my family at Malang, I told all story and the requirement. And the result, I did not get a permit. They did not agree, there were many priority needs that was more important than to complete my dream. Their reason could not be agree by me. They did not consider my dream and the positive result of this event. This festival opened my way to learn something new I’ve never get before. So I did not want to debate anymore. I made a decision soon: ‘I would go to abroad, only by their permit, anything that I needed on next time would be finished by my self’. But I thought that on my 19th, I might not be in safe area, comfort area or some words like that. I had to dare to take a challenge, and this was my decision fortunately my parents allowed me.
I spent the every single time happily. Everyday I get exercise for my dance from 7 p.m. o`clock until midnight. While waiting conformation from sponsorship, on weekend we were fundraising with effort everything we can do. There were selling cakes and drinks at Monas, Senayan, Ragunan, etc. We opened a stand at lobby Paramadina to sell “kriuk” snack for raising the budget about 400 millions. Physical and mental struggles we had done to achieve my the common goals
Day after day time passed away, the times coming closer. Next one half a month we leave at Poland, how do the proposal which we have applied? There were not confirmation. My heart beat faster everyday. I was worried when we got an SMS from Mr. Wija that we had to more seriously and keep spirit for fundraising because what he have done couldn`t got the maximum progress.
Practice that day was very empty heart. The dances were not life in our heart. When Mr. Mija knew it, he gathered us soon and made a speech:
“eeemm friends, this afternoon I have been meeting and doing presentation at some of sponsorship. I hope you are more spirit to exercise and effort harder in fundraising. Because actually my heart was biter than yours for this activity”, said him calmly. (all of the T-ta`s members face were vague, not have the aura of life because Mr. Wija whom we hope to help us on fundraising made a negative statement. A second minutes….
He said,” we have to thanks to God, yesterday OCBC NISP had given us some money. And today, PT Rajawali Foundation have agreed to give us some, Grand Indonesia will give some, and you have to more spirit because Djarum Bakti Sosial will give some dollars for us.”
We were so surprised happily when heard it. Thanks God, crying, hugging, warmly atmosphere that was so beautiful view that night. We thanked to Mr. Wija and Mrs. Nara who have helped us at behind for raising our success.
Noisy cheers gratitude reverberation at that place(the “taman peradaban”). Our spirit come up, the soul of our dance was life. Based on that news, we would exactly go to Poland. We needed a little bit again to reach our goal.
Next month. Our physic condition were down . Each other gave spirit was the key for that situation. We felt that we were unity needed understanding and keep the goal. In that condition, our solidarity beat the egoistic. More than it, heart press that was probably felt by some of members because a quarter of budget is taken responsible on each of T-ta`s members. I was also very depression while I knew that my life here was no family and I must got a solution alone.
But, long time depression was not effect me. I was optimistic, and one by one of the way were opened. I was listing all of likelihood that I could do it for getting some money. This was interesting. While I have class with a lot of exercise, dance practice that was so empty the energy, I still thought about paying some money at stage 1, July 15th for completing the ticket charge. One of effective step that I thought was using my network to find private donator. I was listing the potential ones, and starting to call the alumnus of Paramadina, NGO, my senior high school friends, my senior high school headmaster, and the last was my senior high school community at Jakarta, AMISA.
I called them one by one. One day, when I called Mrs. Yulia, I got a positive respond. Alhamdulillah, she provide to be my donor. I was thankful for her. Day after day, by one time leisurely to call my senior high school community member at Jakarta, Mr. Sony. Sending an SMS, and I don`t believe that next minute I got a call from him. He gave a positive respond and I met him soon at his office.
I went to his office at Mega Kuningan next day. We talked many things like a father and his daughter. Warm atmosphere was built and our first meeting was successfully. I got some money from some meeting with him and his friend, Mr. Wisnoe who was also my senior high school community member. I was so happy ever to recognize them. I wish our relationship was still exist till the last life.
Some kind persons who have helped me were so relieve my responsibility, even though I also had to take my saving and borrowed some at my college cooperation. But, that did not make me worry because all of my decision has been predicted by me. While I come back from Poland, I exactly have some money to lend them because a Poland, we hold an exhibition about many kind of Indonesian handicraft.
The last but not least, I was so happy because I have been deciding something correctly for my life. Although some conflicts one by one were coming almost at the same time, I was regularly thanks to God because this was my process for 20th at next year. The results that I found liked a pearl in Pacific. And I was still hope and grapple for finding another pearl in another sea.
Thanks to:
GLOBE Media Group, OCBC NISP, Djarum Bakti Pendidikan
GRANlD INDONESIA, Rajawali Foundation
Bringin Life, Scorpion Holidays, Sister Magz, Republika
dan semua rekan yang telah mendukung even ini
Halo rek, Hari ini aku mau sharing tentang my skin care routine . Hmm yaaa, mungkin udah banyak beauty vlogger/ blogger yang bercerita ten...